Selasa, 08 Maret 2016

Kebebasan dan Etika dilihat dari pendirian individual

Biasanya orang menganggap bahwa filsafat membicarakan pengertian pengertian yang langka dan abstrak, renungan renungan halus diliputi awan, teori teori yang jauh terpisah dari kehidupan yang kongkret. Apa yang sebenarnya demikian menurut akal sehat adalah yang kongkret seperti yang “dan kini” hanya merupakan petunjuk dan tidak berkata apa apa tentang yang ditunjuk.

Seperti acap kali dipakai, kata kata ini hamper sama saj denan tidak menyatakan apa apa. Tapi apa bila kita mulai merenungkannya, kata kata sederhana ini jadi mengandung rahasia. “sini” berarti kebutuhan manusia, pendirian saya yang berlaku di dunia, “kini” berarti kesementaraan saya, penempatan saya dewasa ini dalam waktu. Apa yang penting dalam hal ini bagi kita adalah “kekinian” manusia. Saat kini bukanlah suatu keaadaan tertentu jarum jarum jam, tetapi kekinian hidup kita, kekinaian yang dalamnya kita hidup, atau kekinian yang kita berada. Bahwa kita selalu kini dan berada dalam saat kini, pasti merupakan aspek hakiki dan diperlukan dari pengalaman manusiawi. Tanpa waktu tak dapatlah saya memikirkan diri saya.

“kekinian” adalah suatu saat dari suatu jalan kehidupan –jalan yang kita rintis sendiri, dalam setiap saat kini tersimpul masa lampau kita dan masa depan kita, tapi masing masing caranya sangat berbeda dan dalam hubungan yang senantiasa berganti. pada orang orang muda masa lampau singkat dan masa depan yang tersisa mudah mudahan masing panjang. Pada orang tua masih tersisa sedikit masa depan, tapi hidup telah hamper masa selesai. Masa lampau lalu tiada mungkin kembali, tapi selaku yang lalu masih senantiasa nyata hadir. Ini adalah bagian telah teretentu dari hidup kita, yang tersimpan dalam mas kini dan dalamnya merupakan suatu beban dan suatu kekayaan. Masa kini adalah hasil masa lampau. Sebaliknya masa depan kita masih belum, namun bagaimanapun sudah hadir dalam masa kini sebagai wawasan, rancangan, dugaan, kekhawatiran dan harapan.

Saat kini jadinya mempunyai 3 dimensi: masa lalu, masa kini dan masa depan, yang tidak dapat dilepaskan satu sama lain. Tidak ada “kini” tanpa masa lampau dan masa depan, dan tidak ada artinya untuk menjadikan manusia ke kininya yang sekarang. Bahkan tak ada artiny untuk menjadikan seorang manusia ke masa lampau, menjadikan dia masih sampai kini.

Bila setiap kehidupan merupakan suatu saat dari suatu jalan, maka hal ini berarti bahwa tidak ada suatu saat kehidupan pun dapat atau boleh dinilai sama sekali terpencil. Tiap perubahan, tiap periode dalam hidup saya barulah memperoleh artinya yang sebenarnya (dan jadi apa adanya) dalam keseluruhan hidup saya. Dua orang sahabat yang sekali bertengkar, bukanlah tukang recok. Dua orang yanga bertengkar yang sekali berdamai, tidaklah saat itu menjadi petengkar. Karena itu, selama kita hidup, sedikit banyaknya kita mempunyai pengaruh pada masa lampau kita. Bila tiap tindakan, setiap saat kehidupan harus dinilai dalam konteks keseluruhan hidup saya, maka kita masih selalu menguasai konteks penafsiran selama kita hidup. Karena itu kita memang tidak dapat menghapus masa lampau kita sendiri, tetapi sesungguhnya dapat menentukan arti selanjutnya. Siapa yang selama yang selama hidupnya menjadi penganut “stalin”, dalam usianya yang delapan puluh tahun masih dapat bertobat, sehingga masa lampau yang stalinistis memperoleh arti lain ketimbang bila dia sampai akhir hayatnya tetap berada dalam keyakinannya.


Bila hidup merupakan sebuah jalan yang berakhir dengan mati, maka pertanyaan yang mendesak kuat sekali ialah apakah jalan itu memang atau tidak tanpa tujuan. Mati memang akhri, tapi pasti bukan tujuan akhir, apakah hidup kalau begitu jalan tanpa tujuan?. Pertanyaan ini akan dibicarakan lagi.